PRAKTEK PERENCANAAN MENU SEIMBANG BAGI KADER POSYANDU ANGGREK
BULAN UNTUK PENCEGAHAN STUNTING

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAD) tahun 2018, proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada balita di Indonesia terdapat 30,8% dan di Kalimantan Barat status gizi pendek dan sangat pendek terjadi penurunan di tahun 2018 terdapat 33,29%. Data Puskesmas Semberang menunjukkan stunting pada balita berada pada angka 45 kasus (18,8%) pada tahun 2018 turun menjadi 31 kasus (13%) di tahun 2019 dan 29 kasus (12%) tahun 2020. Hasil survey mahasiswa dalam kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) kesehatan masyarakat tahun 2022 dengan sasaran 105 rumah tangga yang memiliki balita memperoleh hasil sebanyak 19 balita termasuk kategori pendek (18.1%) dan 9 balita sangat pendek (0.95%). Jika dilihat dari tren yang ada, proporsi stunting mengalami penurunan setiap tahunnya, tetapi dengan proporsi stunting berada di rentang 12- 19% menjadi masalah kesehatan masyarakat yang harus diperhatikan. Hal ini mengingat World Health Organization (WHO) menyatakan dampak yang ditimbulkan dari stunting antara lain perkembangan kognitif atau kecerdasan, motorik, dan verbal berkembang secara tidak optimal, peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, peningkatan biaya kesehatan, serta peningkatan kejadian kesakitan dan kematian (Kemenkes RI, 2018). Selain itu, anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat stunting pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan di suatu negara (Unicef, 2013).

Salah satu garda terdepan berkaitan dengan permasalahan gizi di Desa Sumber Harapan adalah Kader Posyandu Anggrek Bulan 1. Kader posyandu adalah warga masyarakat yang dilibatkan puskesmas untuk  mengelola posyandu secara sukarela. Mereka merupakan pilar utama dan garis pertahanan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena merekalah yang paling memahami karakteristik masyarakat di wilayahnya. Tugas kader di posyandu adalah 5 meja yaitu pendaftaran, pengukuran tinggi badan dan berat badan, pencatatan, penyuluhan gizi, dan pelayanan kesehatan. Tugas ini penting dalam menentukan bagaimana status gizi bayi balita terutama status tinggi badan menurut umur untuk mendeteksi kejadian stunting serta penyuluhan dan praktek menu seimbang bagi balita (Purbowati, 2019)

Persiapan dilakukan sebelum hari pelaksanaan dilakukan oleh tim pengabdi masyarakat dalam hal ini mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat . Persiapan diantaranya penggandaan hand out pelatihan dan alat tulis yang akan dibagikan kepada kader, memasang spanduk. Selain itu juga mempersiapkan bahan pangan yang digunakan untuk praktek perencanaan menu yaitu ikan dan sayuran (wortel) serta alat masak.
Kegiatan penyuluhan dan praktek menu gizi seimbang ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat melalui program dahsat (dapur higienies dan sehat) yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak. Kegiatan dilaksanakan pada Hari Minggu, 7 Agustus 2022 pukul 07.30 – 12.30 wib di Posyandu Anggrek Bulan Dusun Semberang Desa Sumber Harapan Kabupaten Sambas. Kegiatan diawali dengan melakukan proses registrasi, dimana kegiatan diikuti oleh 18 kader dan 10 ibu balita. Setelah itu dilanjutkan dengan kata sambutan dari tim pengabdi masyarakat serta pembukaan oleh Kepala Desa Sumber Harapan, Ibu Fatmawati, A.md KL. Pada pembukaan kegiatan disampaikan perkenalan tim dan program studi kesehatan masyarakat Universitas Muhammadiyah Pontianak serta tujuan pelaksanaan kegiatan, serta manfaat dari kegiatan pelatihan yang dilaksanakan.

Pembukaan Kegiatan
Peserta Kegiatan
Penyuluhan menu seimbang
Praktek menu seimbang
Evaluasi kegiatan
Penutupan kegiatan

Dari keseluruhan rangkaian kegiatan dalam    program    pengabdian kepada masyarakat ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa salah satu pencegahan stunting dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan praktek menu gizi seimbang bagi kader posyandu. Hasil penyuluhan menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan kader mengenai perencanaan menu seimbang. Pada saat pre-test nilai terendah sebesar 20 poin dan meningkat menjadi 60 poin pada saat post-test. Kader juga antusias dalam melakukan praktek pembuatan makanan berbahan pangan lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.